Sandi Rokhman, Wakil DIY dalam PAI Award 2023

Wonosari (Kemenag Gunungkidul) – Permasalahan lingkungan telah menjadi salah satu isu global yang kompleks di era modern ini. Kalurahan Hargomulyo, Gedangsari, Gunungkidul, Yogyakarta, memiliki beberapa permasalahan lingkungan yang perlu ditangani, diantaranya kekeringan, erosi tanah, sampah dan limbah rumah tangga, serta penurunan kualitas air.

Ditengah-tengah kompleksitas masalah ini, peran penyuluh agama dalam menjaga kelestarian lingkungan semakin relevan. Penyuluh agama memiliki pengaruh yang kuat dalam masyarakat dan memiliki akses ke pemahaman dan nilai-nilai agama yang mendasar. Agama mempunyai ajaran dan prinsip-prinsip yang menekankan pentingnya menjaga lingkungan alam sebagai tanggung jawab moral manusia.

Oleh karena itu, Penyuluh Agama Islam Fungsional KUA Gedangsari, Sandi Rokhman S.Ag, dengan programnya “Sampah Barokah” berupaya mengatasi persoalan lingkungan hidup yang terjadi di Kalurahan Hargomulyo, Kapanewon Gedangsari ini. Melalui program ini, Sandi Rokhman menjadi wakil Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Penyuluh Agama Islam Award Tingkat Nasional 2023 kategori Pelestarian Lingkungan.

“Substansi dari program ini adalah menjadikan sampah yang menjadi persoalan masyarakat diubah menjadi barang yang bermanfaat, baik dalam aspek lingkungan maupun ekonomi. Program ini memfokuskan kegiatannya pada pengolahan limbah organik dari sisa makanan (industri dan rumah tangga), maupun limbah anorganik,” kata Sandi di Wonosari (6/8/2023).

Sandi menjelaskan, pada prosesnya limbah tersebut akan dimanfaatkan kembali dalam empat kegiatan utama, yaitu budidaya magot (budama), pembuatan cairan serbaguna (casegu), tanaman sayur dalam wadah (tasadawa), dan media tanam dengan sumbu kapiler (metasuka).

Menurut Sandi, pengolahan sampah organik dan anorganik melalui empat kegiatan tersebut, dapat menanggulangi problem lingkungan. Selain itu, juga dapat menghasilkan sumber daya yang bernilai ekonomis dan mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam yang terbatas.

“Dalam mengoptimalkan pengolahan sampah organik, penting untuk mengimplementasikan praktik daur ulang dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang bertanggung jawab,” tutur pria yang menjadi pengasuh Pesantren Masyarakat Mifthahul ‘Ulum Piyaman.

Sandi melanjutkan, program ini dinamai “Sampah Barokah” karena limbah yang diolah memberikan manfaat kepada masyarakat di Kalurahan Hargomulyo, Kapanewon Gedangsari.

Dampak nyata dari program “Sampah Barokah” yang mampu mendorong perubahan pandangan dan perilaku masyarakat dalam pelestarian lingkungan, antara lain magot lalat BSF digunakan untuk mengurai sampah atau limbah organik sehingga mengurangi beban sampah di lingkungan masyarakat dan magot juga dapat dijual sebagai pakan ternak unggas dan perikanan, juga pengolahan cairan ecoenzym serba guna dari kulit buah dan sayur yang digunakan untuk membasmi hama tanaman, meningkatkan hasil pertanian, dan sebagainya.

Sandi mengungkapkan, pengolahan sampah melalui program “Sampah Barokah”, mampu meningkatkan kualitas lingkungan menjadi lebih baik dan mendatangkan penghasilan tambahan bagi masyarakat Kalurahan Hargomulyo.

 

sumber: gunungkidul.kemenag.go.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *