Gunungkidul (Kankemenag) – Keberhasilan Moderasi Beragama dalam kehidupan masyarakat Indonesia dapat terlihat dari tingginya empat indikator, yaitu komitmen kebangsaan, toleransi, penerimaan terhadap tradisi, dan anti kekerasan. Demikian disampaikan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gunungkidul, Drs. H. Sa’ban Nuroni MA, pada Pelatihan Manajemen Pembelajaran di Wilayah Kerja Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gunungkidul, Senin (11/10/2021).
Kegiatan ini diselenggarakan Balai Diklat Keagamaan Semarang di MTsN 4 Gunungkidul pada 11-22 Oktober 2021 dengan peserta Guru Madrasah dan Guru Pendidikan Agama.
Kepala Kemenag Gunungkidul menjelaskan, komitmen kebangsaan merupakan penerimaan terhadap prinsip-prinsip berbangsa yang tertuang dalam konstitusi, UUD 1945 dan regulasi di bawahnya. “Toleransi berarti menghormati perbedaan dan memberi ruang orang lain untuk berkeyakinan, mengekspresikan keyakinannya, dan menyampaikan pendapat. Menghargai kesetaraan dan sedia bekerjasama,” imbuhnya.
Sedangkan penerimaan terhadap tradisi, lanjut Sa’ban, berarti ramah dalam penerimaan tradisi dan budaya lokal dalam perilaku keagamaannya, sejauh tidak bertentangan dengan pokok ajaran agama. “Anti kekerasan. Menolak tindakan seseorang atau kelompok tertentu yang menggunakan cara-cara kekerasan, baik secara fisik maupun verbal, dalam mengusung perubahan yang diinginkan,” paparnya.
Sa’ban mengatakan, moderasi beragama menjadi sarana mewujudkan kemaslahatan kehidupan beragama dan berbangsa yang harmonis, damai dan toleran sehingga Indonesia maju.
Turut hadir Kepala Seksi Pendidikan Madrasah, H. Supriyanto, S.Ag., MSI, Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam, Faqih Shomadi, S.Ag., M.Pd.I., Kepala MTsN 4 Gunungkidul, Mutohar, MA, Widyaiswara dari Balai Diklat Keagamaan Semarang Semarang Dra. Hj. Ngamilah, M. Si dan Maliki, M.Pd.I.
sumber: gunungkidul.kemenag.go.id
