Gebyar Lansia, Selangkah Meraih Berkah Ngurusi Simbah

Forum Pendidikan dan Perjuangan Hak Asasi Manusia (Fopperham) bekerjasama dengan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Raharja dan Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) menyelenggarakan Gebyar Lansia di Pendopo Kantor Desa Kedungkeris, Kecamatan Nglipar, Kamis, (25/04).

Sejumlah kegiatan yang dilaksanakan dalam Gebyar Lansia antara lain senam lansia, pemeriksaan kesehatan, pengobatan gratis, pentas seni lansia dan sarasehan bedah buku relawan tentang kerelawanan pendamping lansia.

Ketua panitia penyelenggara Cintyawatie, R., A.Md., mengatakan yang mendorong LKS bekerjasama dengan Fopperham melaksanakan kegiatan tersebut didasarkan pada hasil survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2015, yang mana data yang tertulis di Biro Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki persentase Lanjut Usia (Lansia) yang tertinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya. Data Lansia di DIY mencapai 13,46 % dari jumlah total penduduknya. Jumlah ini linier dengan angka harapan hidup yang tertinggi pula, hingga mencapai 74,72 tahun.

Namun ketika merujuk kondisi di Kabupaten Gunungkidul, terdapat 2 permasalahan krusial yang patut menjadi perhatian terkait dengan kondisi Lansia.

Pertama, yaitu kasus bunuh diri yang terjadi di Kabupaten Gunungkidul usia rata-rata korban bunuh diri terbanyak didominasi warga berumur 60 -80 tahun.

Umumnya Lansia yang melakukan bunuh diri adalah Lansia yang ditinggal pasangannya bekerja di luar kota dan mereka harus hidup sendiri, beberapa merasa tidak berguna dan frustasi. Hal ini secara umum juga disebabkan oleh penyakit menahun, dan memiliki masalah kejiwaan. Hal lain karena banyak Lansia tersebut terlantar, kurang mendapat perhatian dari keluarga, dan menderita berbagai penyakit dan kesepian. Kasus Lansia yang bunuh diri ini merupakan bagian dari memperjuangkan kesehatan jiwa yang umumnya disebabkan oleh depresi atau gangguan suasana hati.

Kemudian kedua, berdasarkan penelitian mengenai Lansia penyandang demensia, dibandingkan dengan empat kabupaten dan kota yang lain di DIY, Kabupaten Gunungkidul memiliki Lansia penyandang demensia yang tertinggi yang mencapai 29,4 % dibandingkan 20,1 % rata – rata Lansia penyandang demensia di wilayah lain.

Melihat hal tersebut salah satu cara untuk menyelesaikan kasus bunuh diri dan demensia adalah mengajak para Lansia untuk berkegiatan atau melakukan sesuatu. Banyaknya kegiatan yang diikuti Lansia ini untuk menghindari dari kondisi depresi dan kesepian.

Lebih jauh diungkapkan, Forum Pendidikan dan Perjuangan Hak Asasi Manusia (Fopperham) bersama LKS Raharja selama dua tahun ini mulai menginisiatif rakyat untuk bergerak memberdayakan dirinya sendiri untuk memperjuangkan Lansia. “Fopperham selama ini bekerja untuk para Lansia di Desa Kedungkeris, Kecamatan Nglipar”, ungkapnya.

Desa Kedungkeris sendiri terdiri dari 7 Padukuhan yang memiliki lansia sebanyak 738 orang dan telah memiliki relawan pendamping Lansia sebanyak 57 orang. Kegiatan yang dilakukan oleh Fopperham antara lain, melakukan pendampingan kepada Lansia, pendekatan psikologis, pertemuan/arisan Lansia di tujuh padukuhan yang ada. Juga melakukan timbang badan Lansia, pemberian gizi Lansia, senam Lansia serta pelatihan penanganan stroke, pelatihan Hak Asasi Manusia (HAM) serta melakukan pendampingan mengunjungi para Lansia secara rutin serta mencatatnya dengan menggandeng pihak relawan setempat ataupun para mahasiswa.

Relawan pendamping Lansia Desa Kedungkeris ini memiliki komitmen bersama dalam satu slogan, “selangkah meraih berkah ngurusi simbah”. Komitmen ini mereka turunkan dalam agenda kegiatan bersama dalam mengurusi pertemuan rutin Lansia setiap 35 hari sekali di tiap pedukuhan dengan mengunjungi Lansia (home visit) yang sudah tidak bisa beraktifitas serta menuliskan kegiatan-kegiatan tersebut dalam sebuah buku harian catatan pendamping Lansia.

Partisipasi rakyat tersebut mendapatkan dukungan dari pemerintah Desa Kedungkeris, dalam bentuk dukungan pengorganisasian dan pendanaan untuk keberlanjutan gerakan. Gerakan pengirganisasian diwadahi Lembaga Kegiatan Sosial (LKS) Raharja, sedangkan komitmen pendanaan dituangkan dalam penganggaran melalui dana desa dalam pemberdayaan dan pemenuhan hak-hak lansia yang ada.

“Gebyar Lansia ini bertujuan untuk merespon pertumbuhan lanjut usia yang begitu pesat di Kabupaten Gunung Kidul sekaligus mempromosikan Desa Kedungkeris sebagai Desa Ramah Lansia. Selain itu juga untuk memberikan prototype pembangunan sosial bagi pemerintah Kabupaten Gunungkidul”.

Wakil Bupati, Immawan Wahyudi, pada saat sarasehan bedah buku menyampaikan apresiasi pada LKS Raharja dan Fopperham yang telah bekerja keras menyelenggarakan kegiatan tersebut, kegiatan-kegiatan untuk lansia semacam ini sangat positif terutama dalam mencegah depresi dan kepikunan, Perjuangan lainnya  adalah bagaimana agar para Lansia mendapatkan perilaku non diskriminasi, mendapatkan hak-hak bagi hidupnya seperti hak kesehatan dan hak untuk hidup nyaman yang merupakan bagian dari pemenuhan dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM).

Selain Wakil Bupati juga hadir, Hendra Sigalingging, M.Hum, editor, akademisi dari UKDW, Drs. P. Suwarsono, praktisi pekerja sosial, Suripto, S.H., M.H., M.Si., Komda Lansia DIY, Kepala OPD terkait, dan Kepala Desa se-Kabupaten Gunungkidul.

 

sumber: Web Portal Gunungkidul

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *