Untuk mewujudkan swasembada pangan khususnya padi, menuju target nasional Indonesia mencapai lumbung pangan dunia di tahun 2045 kelompok tani Setyo Utomo bekerjasama dengan dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Daerah Istimewa Yogyakarta, melakukan penanaman padi dengan teknologi budidaya Larikan Padi Gogo (Largo) Super.
Padi yang ditanam dengan penerapan teknologi Larikan Gogo (Largo) Super tersebut berada di bawah tegakan tanaman kayu putih di hutan Mengger, Desa Nglipar, Kecamatan Nglipar.
Kepala BPTP DIY Dr. Joko Pramono, M.P., menyampaikan, pengembangan teknologi budidaya Largo super dibawah tegakan tanaman perkebunan ini merupakan antisipasi dalam menghadapi berbagai permasalahan seperti alih fungsi lahan dan anomali iklim musim yang tidak menentu di Gunungkidul.
Pada teknologi Largo super ini petani dikenalkan dengan beberapa varietas unggul antara lain Rindang 1 dan Rindang 2. Varietas ini merupakan varietas yang tahan terhadap naungan sehingga cocok ditanam di daerah-daerah kurang sinar matahari. Selain itu, varietas inpago 8 inpago 10 dan inpago 12 juga dikenalkan karena jenis ini cocok untuk lahan kering. Kemudian inpari 42 GSR ini merupakan jenis varietas baru yang dilepas oleh BPTP.
“Padi tersebut memang adaptif terhadap kondisi yang serba kurang optimal jadi misalnya pupuknya kurang, tanahnya kurang subur, tapi masih mampu tumbuh dengan baik,” jelas Joko, saat menghadiri panen raya padi, di Wono Mengger, Desa Nglipar, (08/03).
Kepala Balai Besar Penelitian Padi, Dr. Priatna Sasmita, berharap biji padi yang dihasilkan tidak hanya dikonsumsi tetapi juga digunakan sebagai benih padi yang akan datang karena varietas yang dikenalkan termasuk baru dan unggul.
“Terima kasih kepada para petani Gunungkidul yang dengan keseriusannya sehingga berhasil sampai panen, dengan hasil yang maksimal”
Lebih jauh diungkapkan, pemerintah melalui Kementan terus berupaya meningkatkan produksi padi baik lahan kering, lebak dan rawa sehingga nantinya tahun 2045 Indonesia benar-benar jadi lumbung pangan dunia.
Bupati, Badingah, dalam sambutannya berharap keberhasilan panen kali ini dapat mensejahterakan petani. Dirinya menegaskan pemerintah daerah terus mengembangkan sektor pariwisata namun bukan berarti akan meninggalkan sektor pertanian, karena pertanian menjadi tulang punggung dan pendukung berkembangnya pariwisata, hal ini dibuktikan dengan terus diberikannya bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan) kepada para kelompok tani.
“Saya berharap generasi muda mau terjun di bidang pertanian sehingga ada keberlanjutan pertanian untuk mencegah terjadinya rawan pangan di Gunungkidul khususnya,” harap Badingah.
Lebih detail dijelaskan Kepala Dinas Pertanian Pangan, Ir. Bambang Wisnu Broto, usai panen raya, Padi Gogo yang dipanen merupakan budidaya hasil kerjasama Puslitbangtan dan BPTP Balitbangtan Yogyakarta, dengan tujuan kerjasama dalam rangka percepatan diseminasi teknologi mendukung program pemerintah, yaitu swasembada pangan berkelanjutan.
Disebutkan, padi Gogo yang ditanam berada di lahan seluas 100 hektar. Hasil ubinan panen raya dari tujuh VUB yang diintroduksikan (Rindang 1, Rindang 2, Inpago 8, Inpago 10, Inpago 12, Inpari 42 Agritan dan Inpago Unsoed) berkisar antara 5,8 – 7,3 ton/ha.
Hasil tersebut menunjukkan adanya kenaikan dari kondisi eksisting antara 1,3 – 2,9 ton/ha atau sekitar 28% – 65%.
Tampak hadir pada acara tersebut, Dandim 0730/GK, Letkol Inf. Noppy Laksana Armyanto, Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Ir. Khairudin, Kabag Protokol dan Rumah Tangga, Susila Marwanta, Kepala Bidang IKP, Supriyanto, Camat Nglipar beserta unsur Forkopimca.
sumber: Web Portal Gunungkidul