Dirjen Tanaman Pangan: guna menghindari anjloknya harga, petani harus lebih kreatif dan inovatif

Diawali dengan menanam benih jagung Hibrida bantuan dari pemerintah sebanyak 8,14 ton, di lahan seluas 190 hektar, Kelompok Tani Ngudi Makmur di Padukuhan Tanjung, Desa Getas, Kecamatan Playen berhasil memanen 1.522,66 ton. Hal ini disampaikan, Suwardi, selaku Ketua Kelompok Tani, saat acara Gebyar Panen Raya Jagung Hibrida Bisi 2 Tahun 2019, Senin, (18/02).

Lebih detail dilaporkan, Suwardi, jika dikalkulasi, dari harga jagung saat ini 4000/kg x 1.522,66 ton, maka total jualnya mencapai 6 miliar 90 juta 640 ribu rupiah. Sungguh ini pencapaian yang cukup fantastis.
Namun demikian, Suwardi mengakui harga jagung di desa Getas masih mengalami pasang surut. Memang saat ini harga ada di kisaran 4 ribu rupiah, namun tidak menutup kemungkinan harga akan turun setelah memasuki masa panen seperti ini.

“Mohon pemerintah bisa menstabilkan harga jagung dengan batas limit 2 ribu rupiah,” pintanya.

Suwardi berharap, Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian kedepan tetap memberikan bantuan benih jagung dan sarana prasarana demi kemajuan kelompok tani yang ada di Desa Getas.

Menanggapi hal tersebut, Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Sumarjo Gatot Irianto, menyampaikan bahwa pihaknya telah mengkomunikasikan dengan BISI agar harga jagung berada pada angka Rp. 3.650/kg dari harga jagung kering yang semula hanya Rp. 3.600/kg. “Ini bukti bahwa kami membela petani,” katanya.

Sumardjo mengatakan, untuk mencegah terjadinya penurunan harga jagung, petani dihimbau agar lebih kreatif dengan cara menjual jagung dalam bentuk produk makanan olahan sehingga tidak hanya dijual untuk pakan ternak saja

“Kita  juga berikan bantuan pengering jagung. Sehingga para petani dapat menyimpan hasil panen dan tidak dijual pada saat bersamaan,” kata dia.

Pada kesempatan itu, Sumardjo berpesan agar Pemerintah Daerah terus melakukan pemantauan harga jagung harian. Selain itu perlu adanya bantuan dan dorongan kepada para petani agar mereka bisa lebih maju.

Sementara pada kesempatan yang sama Bupati, Badingah, mengatakan bahwasannya petani adalah penyokong terbesar dalam ketahanan pangan di Indonesia khususnya di Kabupaten Gunungkidul.

Dengan demikian diharapkan kinerja kelompok tani dapat meningkatkan produksi pertanian walaupun misi kabupaten Gunungkidul adalah mengangkat pariwisata namun pertanian merupakan penyokong pendapatan terbesar, dikarenakan sektor pertanian merupakan tulang punggung.

“Pemerintah akan berusaha memfasilitasi para petani di Kabupaten Gunungkidul, dan saya berharap generasi muda tidak malu untuk terjun menekuni sektor pertanian, saya sangat mengapresiasi Kelompok Taruna Tani”

Pada acara tersebut sekaligus Bupati Gunungkidul mengukuhkan kelompok tani muda dengan nama Gabungan Tani Mandiri (Gatama).

 

sumber: Web Portal Gunungkidul

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *