Hama utama pada budidaya di telaga adalah ikan predator yang ada di telaga itu sendiri. Ikan predator atau invasif seperti bawal, lele lokal, nila kodok, gabus/tomang dan sebagainya yang ada di telaga dapat memangsa habis benih ikan yang kita tebar. Pengetahuan pengelola telaga yang masih kurang tentang ikan invasif ini seringkali menjadi faktor penyebab kegagalan atau kurang maksimalnya hasil produksi budidaya di telaga.
Dalam budidaya di telaga, sterilisasi telaga atau minimal mengurangi jumlah ikan predator (jika tidak dimungkinkan untuk membasmi ikan predator) mutlak diperlukan. Sterilisasi dilakukan sebelum penebaran benih atau jika telaga surut airnya. Untuk tipe telaga yang airnya tidak habis sepanjang tahun, sterilisasi ini lebih sulit untuk dilakukan.
Pada kasus lain, pengelola telaga Krambilsawit, Saptosari justru beberapa kali menebar benih lele di telaga yang mereka kelola. Walaupun penebaran dilakukan setelah bibit ikan yang di tebar sudah berusia kurang lebih 2 bulan namun hal ini tentu saja bertentangan dengan cara berbudidaya ikan di telaga yang benar. Keterangan tersebut diperoleh pada saat Pelatihan Budidaya di Telaga Krambilsawit, Saptosari yang dilaksanakan pada hari Kamis (14/2).
Saat dikonfirmasi alasan penebaran benih lele di telaga, mereka beralasan selain kurangnya pengetahuan pengelola tentang ikan predator juga karena ikan lele dinilai bisa menarik minat pemancing. Pemancing suka dengan ikan yang mampu melawan saat strike.
Mengingat air di telaga ini tidak awet sepanjang tahun, pembasmian hama ini mudah dilakukan oleh pengelola. Penyuluh Perikanan setempat juga menyarankan agar tidak lagi dilakukan penebaran benih lele setelah ini.
sumber: DKP Gunungkidul