Sedikitnya 14 desa di Gunungkidul mengikuti Gelar Potensi Rintisan Desa Budaya yang diselenggarakan selama empat hari di Alun-Alun Wonosari mulai Rabu (17/10/2018) hingga Sabtu (20/10/2018) mendatang. Rencananya lima desa penampil terbaik akan diusulkan sebagai desa budaya di Gunungkidul.
Kepala Dinas Kebudayaan Gunungkidul Agus Kamtono mengatakan gelar potensi rintisan budaya diselenggarakan sebagai bentuk komitmen pemkab untuk melestarikan kesenian dan tradisi di Bumi Handayani.
Menurut dia, di dalam pentas ini ada 14 desa yang tampil untuk memperebutkan lima peringkat penampil terbaik. “Harapannya acara ini dapat berjalan dengan lancar dan seluruh peserta dapat menampilkan atraksi yang terbaik,” kata Agus kepada wartawan, Rabu.
Menurut dia, acara ini untuk memberikan ruang kepada desa rintisan budaya untuk mengaktualisasikan dan mengekspresikan hasil karya dan kreativitasnya. Selain itu, juga sebagai acara hiburan dalam rangka memperkuat persatuan dan kesatuan antarwarga masyarakat. “Nanti akan dipilih lima penampil terbaik dan kelimanya berhak maju untuk menjadi calon desa budaya di Gunungkidul,” tuturnya.
Dijelaskan Agus, hingga saat ini ada 15 desa berstatus desa budaya Gunungkidul. Di dalam proses pembentukan desa budaya, sambung dia, pemkab tidak bisa menentukan sendiri karena keputusan masuk tidaknya dalam status desa budaya ditentukan oleh Pemerintah DIY.
“Ya kalau bisa jadi desa budaya, maka langsung dibina oleh Pemerintah DIY. Adapun keuntungannya, desa juga dapat mengakses dana keistimewaan untuk pelaksanaan kegiatan budaya di desa yang bersangkutan,” katanya.
Wakil Bupati Gunungkidul Immawan Wahyudi dalam sambutannya mengatakan, pihaknya mengapresiasi penyelenggaraan gelar potensi rintisan desa budaya. Ia pun berharap seluruh desa yang berpartisipasi dapat menampilkan kemampuan terbaik sehingga acara bisa menjadi lebih meriah.
“Ini patut diapresiasi karena juga sebagai wujud melestarikan budaya dan tradisi yang dimiliki,” katanya.
Menurut Immawan, pentas kesenian dan tradisi ini juga dapat sebagai upaya menunjukan karakter dan ciri khas DIY sebagai daerah istimewa di Indonesia. “Seni adat dan tradisi ini harus terus dijaga karena sebagai ciri khas yang dimiliki oleh masyarakat sehingga tidak hilang oleh perkembangan zaman,” katanya.
Di dalam penyelenggaraan kegiatan ini akan ditampilkan beberapa potensi dari rintisan desa budaya. Beberapa pentas meliputi pergelaran seni dan permainan tradisional; pergelaran adat dan tradisi; implementasi penggunaan bahasa dan aksara Jawa.
Selain itu, untuk memeriahkan acara juga ada pameran kerajinan, kuliner hingga eksistensi struktur bangunan tradisional.
Jadwal sejumlah desa yang menampilkan pentas seni di acara rintisan desa budaya :
Rabu (17/10/2018)
– Logandeng, Playen – menampilkan jatilan dan ketoprak
– Petir, Rongkop- menampilkan jatilan dan ketoprak
– Ngleri, Playen- menampilkan hadroh dan sandiwara
Kamis (18/10/2018)
– Wonosari, Wonosari- menampilkan reog dan Wayang Kulit
– Kepek, Saptosari- menampilkan reog dan sendratari
– Girimulyo, Panggang- menampilkan reog dan dagelan Mataram
– Pundungsari, Semin- menampilkan jelantur dan adat Supitan
Jumat (19/10/2018)
– Sumberwungu, Tepus- menampilkan reog dan ketoprak
– Ngeposari, Semanu- menampilkan jatilan dan ketoprak
– Karangduwet, Paliyan- menampilkan jatilan dan Langen Carita
– Nglindur, Girisubo- menampilkan jatilan dan ketoprak
Sabtu (20/10/2018)
– Kemiri, Tanjungsari- menampilkan jatilan dan sendratari
– Nglanggeran, Patuk- menampilkan jatilan dan karawitan anak
– Kedungpoh, Nglipar- menampilkan reog dan Srandul
sumber: HarianJogja.com