GUNUNGKIDUL—Bupati Gunungkidul, Sunaryanta menginginkan adanya pengoptimalan sektor pertanian-perkebunan di kawasan karst Gunungkidul. Salah satu tanaman yang ingin dia kembangkan di Bumi Handayani adalah pohon karet.
Sunaryanta menjelaskan Gunungkidul membutuhkan terobosan dari sisi teknologi dalam mengoptimalkan tanah dan pengembangan tanaman karet.
Khusus tanaman karet, menurut dia berpotensi dikembangkan. Apabila berhasil, tanaman karet dapat mengangkat perekonomian masyarakat. Tanaman ini dapat menjadi pendamping tanaman jati yang notabene memerluka waktu yang sangat lama sebelum masa panen.
Guna memulai upaya pengembangan teknologi, Sunaryanta lantas melakukan kunjungan kerja di Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) Yogyakarta, Jumat (6/12/2024).
Dalam kunjungan tersebut, dia fokus pada solusi pengoptimalan lahan kapur bercurah hujan rendah.
“Meskipun tanaman ini membutuhkan air, kami sedang mencari solusi teknologi rekayasa untuk mengatasinya,” kata Sunaryanta dalam keterangan tertulis, Jumat.
Direktur Politeknik LPP Yogyakarta, M. Mustangin mengatakan ada teknologi yang dapat digunakan dalam mengoptimalkan lahan kapur sebagai pengembangan pertanian-perkebunan.
Teknologi yang dia masuk berbasis mikoriza. Mikoriza adalah jamur simbiotik yang dapat membantu meningkatkan kemampuan tanaman menyerap nutrisi. Teknologi ini sangat cocok diterapkan di lahan tandus seperti Gunungkidul.
Selain mikoriza, Politeknik LPP mengusulkan alternatif pengembangan tanaman lain seperti singkong karet. Singkong ini memiliki siklus panen lebih cepat.
Menurut dia, bibit singkong karet dapat bertahan hingga lima tahun, dengan panen singkong setiap dua bulan sekali.
“Solusi ini dapat menjadi program jangka pendek hingga jangka panjang bagi pertanian di Gunungkidul,” kata Mustangin.
Atas solusi alternatif yang diberikan, Politeknik LPP dan Pemkab Gunungkidul sepakat untuk mempererat kerja sama guna mengimplementasikan program-program tersebut di tahun-tahun mendatang.
sumber: harianjogja.com