Kesadaran Nelayan Memakai Baju Pelampung saat Melaut di Gunungkidul Masih Rendah

GUNUNGKIDUL—Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Gunungkidul meminta agar nelayan menyiapkan sarana-prasarana dengan baik sebelum melaut. Baju pelampung misalnya dapat memperkecil dampak kecelakaan laut (laka laut).

Kepala Bidang Perikanan Tangkap DKP Gunungkidul, Wahid Supriyadi mengatakan kesadaran nelayan untuk menggunakan perlengkapan keselamatan seperti baju pelampung masih rendah. “Kesadaran soal aspek keselamatan bagi nelayan perlu ditingkatkan lagi,” kata Wahid dihubungi, Kamis (13/6/2024).

Wahid menambahkan instansinya terus mengupayakan untuk menfasilitasi peralatan keselamatan bagi para nelayan. Setiap tahun, DKP mengadakan pelatihan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) laka laut untuk nelayan. Khusus tahun ini, DKP tidak melaksanakan P3K itu karena tidak adanya alokasi anggaran.

“Dalam setiap pelatihan, DKP juga memberikan baju pelampung,” katanya.

Disinggung perihal kejadian nelayan hilang/ perahu karam beberapa hari belakangan, Wahid mengaku itu disebabkan oleh gelombang tinggi. Fungsi baju pelampung sangat penting dalam situasi seperti itu.

“Kami sedang mengusulkan pengadaan baju pelampung ke DKP DIY melalui kegiatan untuk kelompok masyarakat pengawas yang anggotanya termasuk sebagian nelayan,” katanya.

Pada Rabu (5/6/2024) pukul 16.30 WIB, dua nelayan bernama Agung Widodo, 55, warga Pracimantoro dan Tatak Prayogo, 27, warga Girisubo dikabarkan hilang setelah memasang jaring lobster sekitaran Tebing Nguluran atau barat Pantai Sadeng.

Kapal mereka diduga dihantam ombak dan hancur. Hal ini diketahui dari hasil pencarian tim yang menemukan serpihan perahu.

Koordinator SAR Satlinmas Wilayah I Gunungkidul, Sunu Handoko Bayu Sagara mengatakan pencarian kedua nelayan dihentikan pada Kamis (6/6) setelah mereka menemukan keduanya meninggal dunia di perairan Pantai Sadeng.

Sepekan sebelum kejadian yang menimpa Agung dan Tatak, dua nelayan Pantai Sadeng, Girisubo, Gunungkidul bernama Samuri dan Pardi juga dilaporkan hilang dan belum ditemukan hingga Sabtu (15/5/2024) malam.

Samuri dan Pardi yang menggunakan Perahu Motor Tempel (PMT) jenis Jukung berhasil ditemukan di perairan Pantai Baron pada Minggu (19/5/2024) pukul 07.44 WIB dalam keadaan lemas.

 

sumber: harianjogja.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *