Playen – Taryono, warga Siyono Kidul kalurahan Logandeng kapanewon Playen lebih memilih berbudidaya lele menggunakan kolam tanah. Alasannya, lele lebih cepat perkembangannya dan relatif tidak mudah terserang penyakit. Sebelumnya Taryono memanfaatkan terpal sebagai wadah media budidaya lele. “Pertumbuhannya kurang bagus kalau di terpal,” kata Taryono. “Saya juga mencoba budidaya lele pakai kolam tanah. Hasilnya lebih enak pakai kolam tanah,” akunya.
Ditemui Tim Kesling DKP Gunugkidul dirumahnya, Taryono sedang merampungkan kolam tanah ketiganya. “Kolam pertama berukuran 2,2 meter x 7 meter dengan kedalaman air sekitar 60 cm,” ucapnya. “Kolam kedua dan ketiga sedikit lebih kecil, menyesuaikan ketersediaan lahan, imbuhnya. Nanti mau saya isi lele semua, semoga sesuai harapan,” pungkasnya.
Dewi Asti P., S.P selaku ketua tim dalam kunjungan tersebut mengatakan bahwa kolam tanah memang punya keunggulan di lebih mudahnya dekomposisi limbah kotoran ikan. Tanah kolam secara alami memang sudah ada bakteri pengurainya. Kotoran atau limbah yang terbentuk dari kegiatan budidaya ikan akan diurai oleh bakteri tersebut sehingga relatif aman, tidak meracuni ikan. Mungkin dengan adanya tanah di dasar kolam itu sebagai media hidup yang cocok bagi bakteri pengurai. Ini akan berbeda halnya di kolam terpal, yang notabene tanpa tanah sebagai media hidup bakteri pengurai. “Makanya, rata-rata kolam tanah dirasa lebih bagus hasilnya daripada kolam terpal,” jelas Dewi.
sumber: dkp.gunungkidulkab.go.id