GUNUNGKIDUL – Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Gunungkidul melaporkan ekonomi wilayah ini tumbuh hingga 5,22 persen pada 2021 lalu.
Pertumbuhan ini banyak dipengaruhi oleh sektor pariwisata, setelah adanya kelonggaran terhadap mobilitas masyarakat.
Kepala BPS Gunungkidul Rintang Awan Eltribakti Umbas mengatakan pariwisata masuk dalam sektor Jasa Lainnya yang menyumbang struktur Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Gunungkidul.
“Sektor ini menyumbang 3,34 persen pada PDRB Gunungkidul, namun pertumbuhannya paling tinggi pada 2021 lalu,” jelas Eltri saat jumpa pers pada Jumat (08/04/2022).
Menurutnya, sektor pariwisata menyumbang pertumbuhan PDRB Gunungkidul paling tinggi hingga 18,37 persen.
Sedangkan di posisi kedua ada sektor informasi dan komunikasi (Infokom) yang menyumbang pertumbuhan sebesar 16,87 persen.
Eltri menjelaskan, dominasi sektor pariwisata pada pertumbuhan ekonomi Gunungkidul sangat dipengaruhi oleh kebijakan PPKM.
Sebab sejak pembatasan dilonggarkan, mobilitas masyarakat meningkat sehingga berdampak pada kunjungan wisata.
“Bisa dibilang pertumbuhan ekonomi dari sektor ini hampir menyamai dengan 2019, sebelum pandemi,” ungkapnya.
Eltri juga menyebut sektor infokom berpengaruh cukup besar pada pertumbuhan ekonomi Gunungkidul. Sebab selama pandemi sektor ini jadi yang paling “seksi”, lantaran kebutuhannya juga meningkat seiring dengan infrastrukturnya yang kian membaik.
Adapun kontributor terbesar pada struktur PDRB Gunungkidul berasal dari sektor pertanian. Namun justru pertumbuhan ekonominya termasuk yang paling rendah.
“Pertanian menyumbang struktur PDRB hingga 23,59 persen, tapi pertumbuhannya hanya 0,76 persen,” kata Eltri.
Meski pertumbuhannya paling rendah, ia menyebut sektor pertanian masih paling potensial untuk nilai tambah PDRB Gunungkidul. Apalagi penduduk yang bekerja di sektor ini mencapai lebih dari 60 persen.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Gunungkidul, Saptoyo juga mengatakan pertanian tetap jadi salah satu prioritas untuk menopang pertumbuhan ekonomi.
“Sebab 2020 lalu pertumbuhan ekonomi Gunungkidul minus, tapi masih bisa ditopang dari pertanian,” jelasnya.
Itu sebabnya, Saptoyo mengatakan optimalisasi pertanian terus diupayakan. Antara lain dengan melakukan modernisasi hingga memadukan dengan wisata minat khusus seperti agrowisata.
sumber: TribunJogja.com