Gunungkidul – Kunjungan kerja Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional dalam rangka melakukan penanaman perdana bibit unggul kayu putih di kebun kayu putih di Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Rabu, (18/12).
Tampak hadir dalam acara tersebut Bupati Gunungkidul, Hj. Badingah, S.Sos., Rektor UGM, Dirjen lingkup Kemenristek/BRIN, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi DIY, Kelompok Tani Inovasi Tani Makmur, PT Sanggaragro Karyapersada dan PT Eagle Indo Pharma.
Bibit kayu putih yang ditanam merupakan hasil pemuliaan tanaman kayu putih yang dilaksanakan oleh Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan sejak tahun 1995.
Kepala BBPPBPTH, Dr. Nur Sumedi, S.Pi, MP., di hadapan Menristek mengungkapkan, pertimbangan utama pemuliaan kayu putih ini karena masih sangat rendahnya produktivitas minyak kayu putih nasional.
“Kita hanya mampu memasok 15% dari kebutuhan bahan baku industri obat-obatan dan farmasi dalam negeri. Akibatnya kekurangan sekitar 85% dipenuhi dari impor,” terangnya.
Disebutkan, jumlah kebutuhan bahan baku minyak kayu putih untuk industri obat kemasan dalam negeri tercatat lebih dari 3.500 ton per tahun. Lebih jauh disampaikan, dalam kurun waktu 30 tahun riset pemuliaan tanaman kayu putih sudah berhasil diproduksi benih dan bibit unggul kayu putih dengen rendemen minyak lebih dari 1,25% dan kandungan 1,8 cineole lebih dari 65%.
Saat ini, lanjut, Dr. Nur Sumedi, kebun produksi bibit unggul kayu putih sudah mampu memproduksi benih unggul untuk kapasitas tanaman sebanyak 10 juta batang per tahun atau kapasitas penambahan kebun baru sebesar 2000 hektar per tahun. “Sehingga terjadi peningkatan produktivitas minyak sebesar 500 ton per tahun”.
Diharapkan, dengan bibit unggul kayu putih tersebut, dalam waktu 10 tahun kemudian Indonesia akan masuk ke masa swasembada minyak kayu putih. Sebab, kapasitas produksi minyak kayu putih nasional telah mencapai kebutuhan bahan baku yang dibutuhkan.
Usai melakukan penanaman bibit kayu putih bersama Bupati Gunungkidul, Badingah, S.Sos, Menristek berharap, produksi bibit dan perluasan kebun kayu putih dari tahun ke tahun akan mampu mengurangi jumlah impor minyak kayu putih.
Pihaknya memuji, penanaman dan pengelolaan atau pengembangan kebun kayu putih dengan sistem inti plasma sehingga yang terlibat langsung yakni petani akan memperoleh manfaat dari sisi ekonomi. Dengan begitu terjadi perbaikan kesejahteraan petani pengelola kebun kayu putih, terlebih hasil produksi minyak kayu putih yang dihasilkan sudah langsung diterima perusahaan.
Pihaknya berharap kelompok petani pengelola serius baik dalam merawat dan melakukan penyulingan minyak kayu putih. Sehingga kerjasama dengan perusahaan yang menyerap produk akan terus berlangsung, agar peningkatan kesejahteraan petani akan berlangsung dan bertahan dalam jangka waktu yang panjang.
Sementara itu, Bupati Gunungkidul, Badingah, S,sos., menyambut baik hasil riset dan pengembangan kebun kayu putih di wilayah Gunungkidul. Pihaknya bersyukur Gunungkidul dijadikan sentra pengembangan kayu putih sekaligus produksi minyak kayu putih. Diharapkan Gunungkidul akan menjadi daerah pemasok minyak kayu putih dengan kapasitas dan kualitas yang tinggi.
sumber: gunungkidulkab.go.id