GUNUNGKIDUL—Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Gunungkidul berkomitmen untuk terus mengembangkan program Gunungkidul Cerdas. Program ini awalnya baru menyasar ke tiga sekolah, tapi ke depannya ditambah menjadi 30 sekolah.
Kepala Disdikpora Gunungkidul, Bahron Rasyid, mengatakan program Gunungkidul Cerdas terselenggara berkat kerja sama dengan Google. Untuk saat ini masih sebatas pilot project dengan pelaksanaan di tiga sekolah yakni SMP Negeri 1 Karangmojo, SMA Negeri I Playen dan SD Negeri 1 Wonosari. “Sudah diluncurkan mulai awal Oktober ini dan sudah mulai berjalan,” katanya, Jumat (18/10/2019).
Ke depannya, program diperluas dengan menyasar 30 sekolah di Gunungkidul. Hal yang sama berlaku untuk tenaga pengajar. Untuk saat ini ada 51 guru yang terlibat dalam pengembangan kegiatan belajar mengajar berbasis teknologi informasi. Seiring dengan rencana penambahan jumlah sekolah dalam program ini, maka jumlah guru juga ditambah sebanyak 200 orang. “Tentunya dengan program yang semakin luas, maka jumlah tenaga pendidik juga perlu ditambah,” katanya.
Diwacanakan program pelatihan guru untuk meningkatkan kapasitas dalam pelaksanaan Gunungkidul Cerdas akan dimulai November 2019. Diharapkan program ini bisa berjalan dengan baik sehingga kualitas pendidikan di Bumi Handayani dapat terus ditingkatkan. “Dengan program ini sangat membantu dalam upaya mendukung program kegiatan pembelajaran,” kata mantan Kepala Bidang Pendidikan Menengah Disdikpora Gunungkidul ini.
Kepala Bidang SD Disdikpora Gunungkidul, Sumarto, mengatakan proses pembelajaran dalam program Gunungkidul Cerdas tidak mengenal tempat. Pasalnya, dengan teknologi komputerisasi, proses pembelajaran bisa dilakukan tanpa harus bertatap muka secara langsung. “Para siswa dan guru memiliki akun yang dimanfaatkan untuk pembelajaran bersama,” katanya.
Menurut dia, program ini memiliki banyak keunggulan karena guru yang dihadirkan tidak hanya dari satu sekolah saja. “Guru di sekolah lain juga bisa ikut mengajar melalui teleconference,” katanya.
Sumarto menuturkan metode pembelajaran berbasis teknologi ini sudah banyak diterapkan di sekolah swasta dengan biaya mencapai Rp5juta hingga Rp16 juta per bulan. Namun untuk di Gunungkidul layanan akan diberikan secara gratis.
sumber: HarianJogja.com