Merawat Toleransi Antar Umat Beragama Lewat Daging Kurban Ala Dusun Jeruksari

GUNUNGKIDUL – Idul Adha dirayakan serentak di seluruh Indonesia pada Minggu (11/8/2019) pagi. Umat muslim di seluruh penjuru Tanah Air pun menggelar salat ied. Selesai salat, umat muslim pun kembali melanjutkan rangkaian perayaan Idul Adha dengan menyembelih hewan kurban.

Momen penyembelihan hewan kurban inipun menjadi ajang memupuk tolernasi dengan umat lainnya. Meski berbeda keyakinan, umat lainnya pun ikut membantu umat muslim dalam menyembelih hewan kurban.

Hal itulah yang terjadi di RT02 RW 02 Dusun Jeruksari, Desa Wonosari, Gunungkidul. Warga Nasrani di wilayah tersebut ikut berbaur dengan umat muslim dan membantu dalam menyembelih dan membagikan daging kurban.

Mereka membaur bersama tak membedakan mana yang beragama Muslim dan mana yang beragama Nasrani. Mereka saling tolong menolong untuk memotong daging dan menimbang daging yang nantinya akan dibagikan kepada masayarakat sekitar.

Satu di antaranya adalah Slamet Riyanto (60). Ia bersama kedua anaknya ikut dalam membantu memotong daging, dan menimbang daging. Sejak pagi ia ikut bergabung dengan yang lainnya.

Setelah sholat Idul Adha berlangsung, ia bersama warga lain mempersiapkan tempat yang digunakan untuk menyembelih lembu, memotong daging hingga menimbang daging hasil dari penyembelihan tersebut. Mereka terlihat saling membantu satu sama lainnya beberapa waktu mereka juga bersenda gurau. Ibu-ibu bertugas untuk memotong daging dan menimbang, sedangkan bapak-bapak bertugas menguliti lembu, dan menimbang daging.

“Saya sebagai warga Nasrani senang sekali bisa membantu dan mereka sangat terbuka walaupun berbeda keyakinan,” ucap Slamet.

Slamet mengatakan ada 5 Kepala Keluarga (kk) yang beragama Nasrani di RT 02 Dusun Jeruksari, sedangkan 33 kk lainnya bergama Muslim.

“Dengan kegiatan ini masyarakat dapat berkumpul dan dapat menjaga kerukunan masyarakat khususnya di Dusun Jeruksari. Masyarakat Muslim di sini juga sering membantu kami jika kami ada acara keagamaan,” katanya.

Menurutnya kegiatan gotong royong tidak perlu memandang agama seseorang, sehingga dapat menjaga kerukunan antar umat beragama.

Takmir Masjid Al Haadi Tukijan, mengatakan kegiatan seperti ini telah berlangsung bertahun-tahun, tanpa membeda-bedakan keyakinan yang dianut masyarakat.

“Ini wujud kerukunan harus tetap dijaga, semua warga saling membantu, dan saling mendukung,” ucapnya setelah makan siang. Sambil beristirahat mereka saling berbincang satu diantaranya mengajak warga lain untuk ikut bergabung menyantap hidangan yang telah disajikan di depan Masjid.

 

sumber: TribunJogja.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *