Gunungkidul – Bupati Gunungkidul, Hj. Badingah, S.Sos., didampingi Asisten I, Drs. Sudodo, M.M., dan Kepala Organisasi Perangkat Daerah menerima perwakilan lembaga penelitian Kannopi Aciar dari Australia. Tim dipimpin, Ani S. Adiwinata, Phd., diterima di Ruang Rapat Bupati, Senin, (05/08).
Ketua tim menerangkan bahwa, Kannopi tahap 2 adalah proyek penelitian lima tahun yang dibiayai oleh Australian Centre for Agricultural Research (ACIAR) di Daerah Istimewa Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Proyek ini berlangsung sejak April 2017.

Secara umum tujuan dari proyek ini adalah untuk memperbaiki kehidupan petani melalui pengelolaan bentang lahan dengan fokus utama meningkatkan adopsi perbaikan produksi dan rantai nilai produk kayu dan hasil hutan bukan kayu. Berangkat dari pencapaian tahap sebelumnya, proyek ini akan lebih menekankan pada perluasan agroforestri berbasis pasar dan pengembangan pengelolaan bentang lahan.
Proyek tersebut mendukung strategi pembangunan yang menjadi prioritas pemerintah Indonesia dengan meningkatkan pemahaman akan sistem yang dapat memberikan nilai tambah yang lebih baik dari produk-produk agroforestri dan kehutanan. Proyek ini juga memberikan perhatian khusus pada bidang gender dan mengindentifikasi kebiasaan-kebiasaan pengelolaan, pengolahan dan peluang-peluang pemasaran yang berkaitan dengan pemberdayaan perempuan.
Dalam melaksanakan kegiatan proyeknya, Kannopi 2 memiliki lima objektif yang saling berkaitan, yaitu: pengelolaan agroforestri dan silvikultur, pemasaran, penyuluhan, tata kelola dan agroforestri bambu.
Secara detail diterangkan memasuki tahun ke dua projek Kannopi 2, capaian-capaian yang telah dilakukan oleh Kannopi 2 antara lain; Terbangunnya 9 plot penelitian telah terbangun, dan tiga diantaranya yaitu plot penelitian jati dan plot penelitian umbi-umbian untuk mengoptimalisasi lahan berbasis agroforestri di desa semin, serta plot penelitian bambu apus di Bejiharjo, hingga bulan Juni 2019, pelatihan-pelatihan pembibitan dan Plot Percobaan Petani telah dilakukan diseluruh lokasi penelitian.
Pelatihan ini dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas bahan tanam kayu dan bukan kayu. 624 petani (44% diantaranya perempuan) telah menerima manfaat dari hasil pelatihan tersebut. Khusus di Gunungkidul, Kannopi 2 telah memberikan 3 seri pelatihan diantaranya adalah Pelatihan pembibitan, perbanyakan vegetatif & pupuk organik, Pelatihan pembibitan kayu dan lebah madu lanceng serta produksi pupuk organik dan Pelatihan pembibitan kayu, HHBK dan pembuatan pupuk organik, bekerjasama dengan 12 kelompok tani, 3 kelompok diantaranya berasal dari Gunungkidul yang sudah menerima manfaat.
Secara keseluruhan kelompok tani telah menghasilkan 7,445 bibit kayu dan 76,871 bibit bukan kayu, sampai dengan tahun kedua, Kannopi 2 telah melakukan kegiatan outcome mapping, hingga saat ini kegiatan ini lebih banyak difokuskan di kabupaten Gunungkidul untuk mengembangkan Village Learning Centre, Konsultasi dengan pemangku kepentingan kunci (dinas-dinas terkait,masyarakat dan praktisi swasta) untuk mengidentifikasi skenario-skenario pengelolaan, tata kelola kelembagaan dan kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan yang telah dilakukan untuk memfasilitasi sinergi antara program-program pemerintah di kawasan hutan dan bukan hutan serta prioritas-prioritas dan manfaat di level bentang lahan, Perbaikan dalam dalam tata kelola kelembagaan juga telah dilakukan dengan mengembangkan metodologi untuk mengintegrasikan analisa berbasis spasial dalam pendekatan riset aksi partisipatif juga telah dibangun (fokus DAS Bribin), serta rekomendasi pengelolaan lahan berbasis lanskap terintegrasi khususnya untuk DAS Bribin akan diadopsi oleh BAPPEDA pada RPJMD tahun 2020-2024.
Menanggapi perkembangan penelitian yang sudah dilakukan Pemkab akan menindaklanjutinya. “Terlebih penelitian ini banyak hal membantu masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan, kesejahteraan yang dimaksud bukan harus memberikan material namun ilmu seperti pelatihan-pelatihan sehingga masyarakat dapat mengembangkan,” ungkap Badingah.
Diharapkan tim peneliti juga dapat membantu mempromosikan pariwisata maupun kuliner yang ada di Gunungkidul ke tingkat internasional. “walaupun keberadaan Gunungkidul sudah diakui UNESCO, namun saya berharap kami akan lebih dikenal lagi sehingga meningkatkan jumlah kunjungan ke Gunungkidul,” pungkasnya.
sumber: Web Portal Gunungkidul