Pembekalan Petani Kakao Dengan Bimbingan Teknis Penanganan OPT

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan tumbuhan berwujud pohon yang berasal dari Amerika Selatan. Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon, di alam dapat mencapai ketinggian 10 m. Meskipun demikian, dalam pembudidayaan tingginya dibuat tidak lebih dari 5 m tetapi dengan tajuk menyamping yang meluas.  Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif. Kakao dimanfaatkan dalam banyak hal.  Kakao merupakan salah satu tanaman perkebunan penting di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu produsen utama kakao di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Indonesia mempunyai tanaman kakao paling luas di dunia yaitu sekitar 1.462.000 Ha  yang terdiri dari 90% perkebunan rakyat dan sisanya perkebunan swasta dan Negara, dengan produksi mencapai 1.315.800 ton/th. (Karmawati et al, 2010) Produktivitas kakao di Indonesia hingga saat ini rata – rata masih rendah yaitu sekitar 900 kg/ha. Beberapa penyebabnya adalah bahan tanam yang kurang baik, teknologi budidaya yang optimal, tanaman sudah berumur tua, serta masalah serangan Organisme Penganggu Tanaman (OPT). Diperkirakan rata – rata kehilangan hasil akibat OPT mencapai 30% setiap tahunnya bahkan ada penyakit penting dapat mengakibatkan kematian tanaman (Karmawati, et. Al, 2010), sehingga dalam budidaya kakao pada umumnya sekitar 40% dari biaya produksi dialokasikan untuk biaya pengendalian OPT (Sulistyowati et al, 2003).

Beberapa hama dan penyakit banyak ditemukan pada tanaman kakao diantaranya hama Penggerek Buah Kakao (Conopomopha cramerella) dan kepik penghisap buah (Helopeltis spp.), merupakan hama utama pada tanaman kakao. Salah satu kendala dalam perkebunan kakao adalah masalah hama.  Hama kerap kali meningkatkan biaya produksi tanaman kakao.  Bahkan kerugian akibat hama dapat mencapai 100%. Oleh karena itu, pengenalan mengenai hama tanaman kakao perlu dilakukan agar pengendalian dapat dilakukan secara tepat.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu dilakukan pembenahan cara budidaya tanaman yang lebih berwawasan lingkungan termasuk dalam pengendalian OPT UU. No. 12 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 1995, menyatakan bahwa kegiatan penanganan OPT merupakan tanggungjawab pemerintah dan masyarakat yang dilaksanakan dengan menerapkan system Pengendalian Hama Terpadu (PHT).

Peningkatan produksi pertanian seringkali dihadapkan pada permasalahan gangguan serangan hama maupun penyakit tanaman. Penyebab hama tanaman dapat berupa serangga dan hewan vertebrata (seperti tikus, burung, babi hutan), tungau, dan moluska. Sedangkan penyakit tanaman (pathogen) dapat berasal dari golongan jamur, virus dan bakteri. Kerugian yang ditimbulkannya beragam, tergantung beberapa factor, seperti factor makanan, iklim, musuh alami dan manusia sendiri. Sehubungan Indonesia terletak di daerah tropis, maka masalah gangguan serangan hama tanaman hampir selalu ada sepanjang tahun, hal ini disebabkan faktor lingkungan yang sesuai bagi perkembangan populasi hama. Selain itu juga karena tanaman inangnya hampir selalu ada sepanjang waktu. Gangguan serangan hama pada tanaman sangat merugikan, sehingga upaya pengendaliannya harus senantiasa diupayakan. Untuk mengatasi hal tersebut Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul Bidang Perkebunan dan Hortikultura melalui dana APBD melaksanakan Bimbingan Teknis OPT Tanaman Kakao guna membekali petani dalam hal penanganan OPT yang sering muncul.

Bimbingan Teknis OPT Tanaman Kakao dilaksanakan di Kelompok Tani Ngudi Raharjo, Kemuning, Bunder, Patuk. Pelaksanaan Bimbingan Teknis dimulai tanggal 24 – 25 Juli 2019. Adapun narasumber dalam pelaksanaan Bimtek adalah pengamat OPT serta PPL Kecamatan Patuk. Harapan dengan adanya petani akan mampu mengelola sumberdaya yang tersedia (Varietas, tanah, air, dan saprodi) secara terpadu sehingga mampu menerapkan prinsip PHT berdasarkan kondisi spesifik lokasi, mengenali dan memahami kendala dan hambatan sehingga petani mampu memecahkan masalah-masalah utamanya dalam penanganan OPT dan menjadi lebih terampil serta mampu mengembangkan usahataninya dalam rangka peningkatan produksi, produktitas dan mutu produk Kakao.

 

sumber: DISPERTAN Gunungkidul

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *