Lahan pertanian di Bumi Handayani terancam kekeringan sebagai dampak menghilangnya hujan pada bulan ini. Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul mulai mendata lahan yang berpotensi mengalami kekeringan. Meski demikian, hingga saat ini belum ada laporan terkait dengan lahan terdampak.
Kepala Bidang Tanaman Pangan DPP Gunungkidul, Raharjo Yuwono, mengatakan, intensitas hujan di wilayah Gunungkidul mulai berkurang. Kondisi ini pun dapat berdampak terhadap tanaman pertanian. Oleh karenan itu, DPP bakal mendata lahan pertanian yang rawan kekeringan. “Kami siap menerjunkan petugas di lapangan. Tapi berdasarkan laporan rutin dari koordinator pengamat hama kabupaten, hingga saat ini belum ada laporan,” katanya, Minggu (12/5/2019).
Menurut dia, luas tanam di masa tanam kedua tahun ini berkurang dibandingkan dengan masa tanam pertama. Hal ini terjadi karena kondisi geografis wilayah yang mayoritas lahan kering sehingga di masa tanam kedua banyak petani yang beralih dari sebelumnya menanam padi ke tanaman palawija. “Petani memilih menanam kedelai, kacang, jagung dan tanaman lainnya. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kurangnya air seiring dengan curah hujan yang terus menurun,” katanya.
Untuk lahan padi di masa tanam kedua ini ada sekitar 8.573 hektare yang merupakan kombinasi padi sawah dan lahan kering. Dia berharap curah hujan tetap ada sehingga petani tidak rugi karena tanaman padi kekurangan air untuk pemeliharaan. “Awal Juni nanti mungkin sudah ada yang panen, yakni lahan padi seluas 20 hektare di Desa Pundungsari, Kecamatan Semin,” kata mantan Kepala Bidang Bina Produksi DPP Gunungkidul ini.
Salah seorang petani di Dusun Genjahan, Kecamatan Ponjong, Suyamto, mengaku baru menanam padi belum lama ini. Meski demikian, ia tidak khwatir terdampak kekeringan karena wilayahnya termasuk murah air sehingga pasokan air irigasi untuk pemeliharaan mencukupi. “Air tidak masalah karena bisa mengambil dari sumber di wilayah Ponjong yang melimpah,” katanya.
Menurut dia, dalam setahun petani di Genjahan bisa menanam padi hingga tiga kali berkat pasokan air yang melimpah. Kondisi ini berbeda dengan wilayah lain di Gunungkidul yang hanya bisa menanam padi maksimal dua kali dalam setahun. “Kami bersyukur karena masa tanam padi di sini bisa tiga kali dalam setahun,” katanya.
sumber: HarianJogja.com