Untuk menyiagakan personel dalam mengamankan pelaksanaan Pemilu 2019, sekaligus mengantisipasi terjadinya bentrokan antarsimpatisan partai politik (parpol), Polres Gunungkidul menggelar simulasi pengamanan di kompleks Alun-Alun Wonosari, Jumat (22/3/2019). Polisi berkomitmen menjaga pemilu yang aman dan damai dan siap menindak siapa saja yang berbuat kerusuhan.
Simulasi yang digelar menggambarkan kerusuhan yang melibatkan massa pendukung parpol yang kecewa dengan hasil pemilu, kemudian mengganggu ketertiban umum. Massa yang terlibat merupakan anggota kepolisian, TNI, dan petugas pemilu.
Wakil Bupati Gunungkidul, Immawan Wahyudi, berharap pada masa kampanye dan menjelang pencoblosan tidak ada kericuhan seperti yang digambarkan dalam simulasi. Ia mengimbau agar masyarakat memahami makna pesta demokrasi. “Memaknai pesta demokrasi dengan melakukan aktivitas sesuai dengan peraturan yang ada, mengedepankan etika sosial, dan yang paling penting menjaga kebersamaan,” ujarnya saat ditemui wartawan di sela-sela simulasi pengamanan pemilu, Jumat.
Dijelaskan Immawan, penyelenggaraan pemilu tentu tidak bisa lepas dari peran pemilih yang akan menggunakan hak suaranya. Oleh karena itu, pemilih diajak menghormati pilihan setiap orang. Calon anggota legislatif yang berkampanye diharapkan bijak dalam memilih diksi-diksi saat berkampanye. “Gunakanlah kalimat yang positif,” kata dia.
Kapolres Gunungkidul, AKBP Ahmad Fuady, mengungkapkan jajarannya menyiapkan simulasi kerusuhan pemilu selama sepekan terakhir. Menurutnya, untuk mewujudkan pemilu yang aman dan damai diperlukan tindakan tegas bagi siapa saja yang berbuat kerusuhan dan tidak menaati peraturan yang berlaku. “Kami siap menindak siapa saja yang melanggar aturan,” ucapnya.
sumber: HarianJogja.com