Hingga akhir Agustus Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul, sudah menyalurkan bantuan dropping air untuk mengatasi kekeringan hampir 2.000 tangki.
Kepala pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Gunungkidul, Edy Basuki mengatakan saat ini sudah menyalurkan separuh lebih dari anggaran yang ada.
“Sisa anggaran belum kami hitung. Namun untuk jumlah dropping dari APBD sudah mencapai 1.824 tangki sampai akhir Agustus kemarin. Jadi saat ini masih sisa sekitar 1.536 tangki. Satu tangki itu 5.000 liter,” ujar Edy, Senin (3/9/2018).
Untuk sejumlah kecamatan yang menganggarkan untuk dropping, Edy mengaku belum mendapat laporan. Sisa tangki yang ada diharapkan dapat memenuhi kebutuhan sejumlah masyarakat hingga dua bulan kedepan.Dijelaskan saat koordinasi dengan pihak provinsi dimungkinkan bulan Oktober baru mulai ada hujan. “Harapannya dapat mencukupi sisa yang ada. Kan ada bantuan swasta juga yang tercatat di BPBD Gunungkidul ada 1.479 tangki,” ujarnya.
Ia mengatakan tidak semua yang melakukan dropping berkoordinasi dengan BPBD Gunungkidul, padahal koordinasi itu penting agar bantuan yang diberikan dapat merata dan tepat sasaran.
Saat ini menurutnya belum ada tambahan luas kekeringan setelah laporan terakhir tiga dusun di Saptosari. “Untuk yang paling membutuhkan ada di Kecamatan Girisubo, Tepus, Rongkop, Purwosari dan Panggang,” kata Edy.
Sebelumnya Camat Saptosari Jarot Hadiatmojo mengatakan pihaknya sudah tidak mengelola truk tangki air sejak tiga tahun lalu. Pihaknya mengatakan sudah mengembalikan ke Kabupaten namun saat ini masih berada di Kecamatan.
“Sebenarnya sudah ada PDAM namun beberapa mengalami kerusakan. Ada beberapa padukuhan yang mengeluh kekami terkait tidak mengalirnya air dari saluran PDAM seperti di Legundhi, Krambilsawit,” katanya.
Ia mengatakan untuk solusi jangka panjang PDAM harus dibenahi, karena dropping air menurutnya tidak akan menyelesaikan permasalahan kekeringan di Gunungkidul.
sumber: HarianJogja.com