Bendera Merah Putih Raksasa Berkibar di Gunung Api Purba Nglanggeran

Bendera Merah Putih raksasa sebesar 42×28 meter dengan berat 300 Kg lebih berhasil dikibarkan di Geosite Gunung Api Purba Nglanggeran (GAP), Gunungkidul siang tadi (13/08), dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun Republik Indosesia (HUT RI) ke-73. Kegiatan yang diprakarsai oleh Dinas Pariwisata Gunungkidul bersama Pokdarwis Nglanggeran ini melibatkan berbagai lapisan masyarakat, dimaknai sebagai semangat gotong royong kekompakan dan perjuangan, terutama kaum muda.

Prosesi pengibaran bendera ini berjalan selama empat hari, diawali dengan membuka jalur baru pendakian ke bukit Buchu, lalu dilanjutkan dengan pemasangan anker untuk mengikatkan bendera ke tebing. Selanjutnya sebanyak 73 orang pembawa bendera yang terdiri dari warga Masyarakat sekitar Geosite GAP, Pokdarwis, TNI, Polri, Saka Pariwisata dan Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul menaikkan bendera secara estafet ke atas bukit Buchu, dibantu oleh Team Gorilla Adventure dari Yogyakarta sebagai team pengibaran bendera dan penyiapan tempat untuk memastikan bendera terpasang dengan baik di atas tebing. Selain mengibarkan bendera raksasa, sebanyak 1.300 bendera merah putih juga dikibarkan oleh warga di kawasan Embung Nglanggeran, menambah semarak peringatan HUT Ri ke-73 di kawasan wisata tersebut.

Kepala Dinas Pariwisata Gunungkidul Asti Wijayanti mengatakan, dipilihnya Gunung Api Purba Nglanggeran (GAP) pada penyelenggaraan acara ini bertujuan untuk lebih memperkenalkan Geosite Gunung Api Purba sebagai destinasi wisata populer di Gunungkidul. “Namun tak hanya obyek wisata alamnya saja, tetapi juga wisata budayanya. kesenian tradisional, kerajinan dan kuliner khas daerah setempat pun juga diupayakan untuk kita populerkan”, tambahnya. Acara ini juga dimeriahkan dengan pertunjukan kesenian tradisional Reyog dan Gejog Lesung yang menarik perhatian para pengunjung.

Gunung Api Purba Nglanggeran (GAP) merupakan salah satu geosite di Gunungsewu UNESCO . Geopark (GSUGGp) adalah kawasan geografis dimana situs-situs warisan geologis menjadi bagian dari konsep perlindungan, pendidikan dan pembangunan berkelanjutan, dengan konsep manajemen pembangunan kawasan secara berkelanjutan, sinergitas antara keragaman geologi, biologi dan budaya harus ditonjolkan sebagai bagian yang tak terpisahkan. Budi Martono, selaku General Manager Gunungsewu UNESCO Global Geopark (GSUGGp) menyampaikan dalam geopark ini salah satu unsurnya adalah geotourism, namun pada yang harus diutamakan adalah unsur edukasi, harapannya dengan mengunjungi geosite ini sekaligus berwisata dan ada manfaat yang diperoleh tentang sejarah geologi Gunung Api Purba Nglanggeran yang kira kira terjadinya 16 juta tahun yang lalu, “bagi para wisatawan yang ingin belajar Geopark sebaiknya mengunjungi Geosite Gunung Api Purba Nglanggeran, karena semua elemen dan kriteria terpenuhi di Geosite ini”, harapnya . Lebih lanjut Budi Martono yang juga merupakan Ketua Jaringan Geopark Indonesia (JGI) menambahkan, di tahun 2019 nanti Gunung Sewu UNESCO Global Geopark (GSUGGp) akan direvalidasi dan dievaluasi oleh UNESCO, karena status UNESCO Global Geopark hanya berlaku untuk 4 tahun saja.

 

sumber: Web Portal Gunungkidul

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *